Pengikat
Pengikat merupakan perekat yang ditambahkan
dalam formulasi sediaan padat, pengikat yang digunakan dapat berupa serbuk atau
larutan pengikat tergantung pada metode pembuatan sediaan tablet (granulasi
kering, granulasi basah, cetak langsung).
Peran utama pengikat adalah untuk mendukung
daya kohesif dari ikatan partikel-partikel padat agar mudah dikempa menjadi
tablet., selain itu juga untuk menaikkan kekerasan tablet dan menurunkan
friabilitas tablet. Unsur pengikat dalam tablet membantu merekatkan granul satu
dengan granul lainnya dan menjaga kesatuan tablet setelah dikompresi.
Pengikat sebaiknya
memenuhi kriteria-kriteria berikut.
a) mudah
larut (dalam keadaan dingin), sehingga pelarut yang digunakan minimal (khsus
granulsai basah)
b) tidak
higroskopis
c) viskositas
sekecil mungkin
d) mudah
membasahi campuran bahan
Jenis-jenis Pengikat dan Pengaruhnya terhadap
granul/tablet
A. Polimer Alami
1) Starch (amylum)
Amilum dapat digunakan
sebagai pengisi, pengikat, dan penghancur. Sebagai pengikat, amilum digunakan dalam
bentuk mucilago amili 5-10%. Oleh karena itu, amilum dalam bentuk mucilago
hanya digunakan sebagai pengikat dalam granulasi basah.
Pembuatan dan Penggunaan
Amilum disuspensikan 1:
1/2-1 dalam air dingin atau dapat disesuaikan dengan formulasi yang diinginkan.
Kemudian ditambah 2-4 kali air mendidih dengan pengadukan konstan sampai amilum
mengembang menjadi transparan. Ada pula cara lain, yaitu dengan
memanaskan suspensi starch dalam air.
Amilum mengandung kadar
air 11-14% sehingga dapat menyebabkan tablet terdisintegrasi dengan cepat.
Pembuatan mucilago harus
dilakukan dengan hati-hati agar diperoleh musilago yang baik, tidak
terhidrolisis, dan tidak mengarang.
Pemakaian terbaik
maksimal 30%. Tablet yang mengandung amilum dengan konsentrasi tinggi
menunjukkan tablet yang rapuh dan sukar dikeringkan.
Amilum yang tidak
dimodifikasi tidak mempunyai sifat kompresibilitas yang baik dan mempunyai
friabilitas yang besar sehingga akan terjadi capping pada tablet jika digunakan
dalam jumlah besar.
Penggunaan mucilago
amili sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet akan mempersulit disolusi
zat aktif dari dalam granul karena mucilago amili yang sudah kering sulit
ditembus air. Untuk mengatasinya, perlu ditambah pembasah (Tween 80
0.05%-0.15%) sehingga tablet mempunyai waktu hancur lebih baik.
2) Starch 1500 (Partial
Pregelatinized Maize Starch)
Starch 1500 dapat
digunakan sebagai pengikat basah, kering, dan disintegran. Starch 1500 maksimal
mengandung 20% fraksi larut air yang berfungsi sebagai pengikat sedangkan
sisanya bersifat sebagai disintegran.Starch 1500 dibutuhkan ± 3-4 kali lebih
banyak daripada mucilago amili untuk menghasilkan tablet dengan kekerasan yang
sama. Sebaiknya tidak digunakan sebagai pengisi pada granulasi
basah karena akan menghasilkan gel yang berfungsi sebagai pengikat yang sangat
kuat.
Starch 1500 memiliki aliran yang bagus sehingga
disebut sebagaidirectly compressible starch. Starch 1500 dapat
dikempa sendiri. Namun, jika dicampur dengan 5-10% obat membutuhkan lubrikan
tambahan (misalnya 0,25% colloidal silicon dioxide).
Starch 1500 mengandung
10% kelembaban dan menyebabkan tablet menjadi lunak jika dikombinasi dengan Mg
stearat > 0,5%. Sebagai pengganti, digunakan lubrikan asam stearat.
3) Amilum
Pragelatinasi
Amilum ini merupakan
pati yang sudah dimasak dan dikeringkan lagi. Dapat digunakan sebagai pengganti
starch paste karena lebih mudah larut dalam air hangat tanpa pemanasan. Amilum
ini dapat ditambahkan kering ke dalam serbuk kemudian dibasahkan dengan air
untuk membentuk massa lembab.
4) Gelatin
Gelatin digunakan
pada konsentrasi 5-10% sebanyak 1-5% dari formula. Gelatin saat ini
sudah jarang digunakan karena telah dapat digantikan oleh PVP (polyvinyl
pirolidon) atau MC (methyl cellulose). Pengikat gelatin cenderung menghasilkan
tablet yang keras dan waktu hancur yang lama sehingga memerlukan disintegran
yang aktif.
Jika masih diperlukan
pengikat yang lebih kuat, kita dapat menggunakan larutan gelatin dalam air
2-10%, yang dibuat dengan menghidrasi gelatin dalam air dingin selama beberapa
jam/semalam kemudian dipanaskan sampai mendidih, larutan gelatin harus
dipertahankan hangat sampai digunakan karena akan menjadi gel pada pendinginan.
Gelatin dapat digunakan
untuk senyawa yang sulit diikat. Gelatin sering digunakan dalam formulasi
Lozenges karena kelarutan tablet yang dihasilkan lambat serta memberikan efek
ang menyenangkan dalam mulut.
Dalam perdagangan,
dikenal 2 jenis gelatin, yaitu
a) Gelatin
A (Phamagel A)
Gelatin A merupakan
hasil ekstraksi dengan asam, dan bersifat kationik. Pemakaiannya efektif pada
pH 3,2
b) Gelatin
B (Pharmagel B)
Gelatin B merupakan
hasil ekstraksi dengan basa dan bersifat anionik. Pemakaiannya efektif pada pH
7-8.
Kelemahan gelatin yaitu
ia cenderung rentan bakteri dan jamur karena ia merupakan polimer alami.
5) Larutan
Gom Akasia (Gom Arab)
Pengikat gom biasa
digunakan pada konsentrasi 10-25% untuk mengurangi mephenesin (dosis besar dan
sukar digranulasi). Gom menghasilkan granul yang keras tetapi tidak mengeras
pada penyimpanan.
Tablet gom kadang
ditambah lubrikan cair PEG 6000 untuk membantu pencetakan tablet dan
disintegrasi tablet.
Kelemahan gom sebagai
bahan tambahan yaitu menjadikan tablet mudah terkontaminasi mikroba.
6) Tragakan
Tragakan merupakan bahan
alam. Permasalahan yang terjadi sama dengan gom arab. Mucilago tragakan sulit
dibuat dan juga sulit dicampurkan sehingga dapat ditambahkan dalam bentuk
kering dan diaktifkan dengan penambahan air.
B.
Polimer Sintetis
1) PVP
(Polyvinyl Pirolidon)/ Povidon
PVP memiliki nama dagang
Kollidon atau Plasdon. PVP bersifat inert, larut air, dan alkohol. PVP
digunakan dalam konsentrasi 3-15%, sedikit higroskopis, tidak mengeras selama
penyimpanan (karakter ini baik untuk tablet kunyah).
Tablet efervesen bisa
dibuat menggunakan PVP dalam etanol anhidrat. Tidak diperbolehkan menggunakan
isopropanol anhidrat sebagai pelarutnya karena meninggalkan bau pada granul.
Konsentrasi 5%
menghasilkan kompresibilitas yang baik untuk serbuk Natrium bikarbonat dan asam
sitrat sehingga tablet bereaksi cepat dan disolusi cepat.
PVP baik digunakan untuk
tablet kunyah terutama untuk alumunium hidroksida atau Mg(OH)2.
2) Selulosa
a. Metil
selulosa/ Methyl cellulose (MC)
Metil selulosa biasa
digunakan dalam1-5% larutan air. Larutan 5% menghasilkan kekerasan yang sama
dengan musilago amili. MC dapat digunakan untuk menggranulasi soluble/insoluble
powder. MC merupakan pengikat yang baik untuk eksipien laktosa, manitol, dan gula.
Keuntungan tablet MC
yaitu dapat dikompres cepat tidak mengeras pada penyimpanan.
b. CMC-Na
CMC-Na biasa digunakan
dalam konsentrasi 5-15%. CMC-Na inkompatibel dengan Mg, Ca, Al, dan garamnya.
CMC-Na menghasilkan granul yang lebih rapuh dari PVP. Umumnya tablet CMC-Na
mempunyai waktu disintegrasi yang lebih lama.
c. Etil
selulosa/ Ethocel
Etil selulosa digunakan
dalam bentuk larutan dalam alkohol. Etil selulosa terdiri dari bermacam-macam
tingkatan/ grade. Tipe low gradedigunakan sebagai pengikat 2-10%
dalam etanol.
Etil selulosa dapat
digunakan untuk menggranulasi serbuk yang sukar digranulasi, seperti
asetaminofen, kafein, meprobamat, ferofu, dan arat. Selain itu, ia juga dapat
digunakan sebagai pengikat non air untuk serbuk yang tidak tahan air seperti
asam askorbat.
Etil
selulosa dapat memperlambat disintegrasi.
d. Polivinil
Alkohol
Polivinil alkohol larut
air. Ia mirip akasia tapi tidak terlalu rentan dengan bakteri.
PVA membentuk granul
yang lebih lunak dari acacia sehingga menghasilkan tablet yang disintegrasi
lebih cepat dan tidak mengeras pada penyimpanan.
e. PEG
6000
PEG 6000 digunakan
sebagai pengikat anhidrat, dimana air dan alkohol tidak dapat digunakan. PEG
6000 berupa padatan putih, dengan titik leleh 70-750C dan titik beku
56-630C.
f. N-HPC
(Nisso-HPC)
Larut dalam air dan
pelarut organik alkohol, propilen glikol, metilen klorida, aseton dan
kloroform. Jika digunakan sebagai pelarut pada granulasi basah N-HPC
dilaruntukan dalam air atau alkohol (pelarut organik).
Cara melarutkan N-HPC
dalam air, adalah dengan menambahkan seditik demi sedikit N-HPC ke dalam air
(sebanyak 20-30% air yang telah dipanaskan) sambil diaduk kuat. Setelah itu
ditambahkan sisa air. Dengan cara ini pelarutan lebih cepat.
Sifat dan perlakuan ini
kurang lebih sama dengan hydroxy methyl cellulose.
g. Hydroxypropyl
methyl cellulose (HPMC)
Hydroxypropyl methyl
cellulose (HPMC) merupakan eter propilenglikol methyl cellulose. HPMC tersedia
dalam beberapa tingkat viskositas. Daya ikatnya sebanding dengan derivar
selulose yang lain. Konsentrasi 2 – 5 % (w/w) digunakan sebagai pengikat untuk
granulasi kering dan granulasi basah. HPMC larut dalam air dingin, dan
membentuk larutan koloid. Dalam pembuatan larutan HPMC, terlebih dahulu HPMC
dikeringkan pada suhu 80 – 90 0C, kemudian dilarutkan dalam air dingin. HPMC
terdispersi juga dalam pelarut organik, perbandingan 1 bagian HPMC dalam 8
bagian pelarut organik. HPMC incompatible dengan agen pengoksidasi.
C.
Gula
1) Larutan
Sukrosa
Sukrosa membentuk granul
keras, kekerasan diatur dari konsentrasi sukrosa 20-85%. Pengikat
ini sangat baik sebagai pembawa soluble dyes dan menghasilkan
warna beragam.
Sukrosa digunakan untuk
menggranulasi tribasic fosfat yang umumnya memerlukan pengikat yang lebih
kohesif dari musilago amili. Pada tablet ferro sulfat, sukrosa bertindak
sebagai pengikat dan pelindung ferrosulfat dari oksidasi.
Senyawa lain yang dapat
menggunakan pengikat ini, yaitu aminofilin, asetopheretidin, asetaminofen, dan
meprobamate.
2) Glukosa
(dekstrosa)
Diaplikasikan pada sirup
dengan konsentrasi lebih dari 50%, pada granulasi basah glukosa memiliki ikatan
yang baik, tablet yang dihasilkan keras dan rapuh. Glukosa juga digunakan pada
proses cetak langsung sebagai pengisi, dan pengikat umumnya pada tablet kunyah.
Dekstrosa anhidrat
menyerap banyak kelembapan pada suhu 250C dan 85% relatif lembap
berubah menjadi dekstrosa monohidrat yang dapat menyerap lembap. Dekstrosa
dapat bereaksi dengan asam-asam amino, amida, amina yang akibatnya dapat
menyebabkan warna coklat dalam campuran tablet.
3) Sorbitol
Merupakan isomer optis
dari mannitol. Higrospkopis pada kelembapan kurang lebih 65%, sorbitol dapat
digunakan sebagai pengikat. Konsentrasinya 2-20%, dan dapat dibuat 10-25% dalam
larutan sorbitol pada granulasi basah.
Nama
|
Konsentrasi
(% dari formula)
|
Pelarut
|
Selulosa mikrokristalin (Avicel)
Polimer (turunan selulosa)
CMC Na
HPC
HPMC
MC
HEC
EC
PVP
Gelatin
Gom Alam
Akasia
Tragakan
Guar
Pektin
Amilum
Amilum pregelatin
Sukrosa
Lainnya
Sirup jagung
PEG
Na Alginat
Magnesium aluminum silikat
|
10-50
1-5
2-15
2-5
1-3
1-5
2-5
10-25
2-20
5-10
5-10
10-25
5-10
1-3
|
Air
Air
Alcohol
Alkohol, air
Air
Air
Air (pasta)
Air
Air
Air
Air
air
|
Faktor-faktor
yang mempengaruhi efisiensi pengikat
Fungsi pengikat
dalam formulasi tablet adalah untuk memberikan kekuatan dan untuk mengurangi
friabilitas granul dan tablet. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas
pengikat ada yang berkaitan dengan zat aktif dan bahan tambahan lain di dalam
formulasi, serta ada pula yang berkaitan dengan pengikat dan pelarutnya.
Kondisi penyimpanan dan proses granulasi yang baik juga dapat memberikan efek
yang signifikan terhadap efisiensi tablet. Sebagai contoh, kekerasan dan waktu
hancur tablet Ranitidine yang menggunakan PVP sebagai pengikat melalui metode
granulasi basah menurun pada saat tablet disimpan di bawah level kelembapan,
karena dari pengikatnya sendiri (PVP) dapat menyerap udara luar bila tablet
ranitidine dibiarkan diletakkan di udara luar, tidak disimpan dalam wadah yang
memadai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semua pesan dimoderasi, mohon menuliskan komentar dengan bahasa yang sopan dan isi komentar berhubungan dengan topik yang diposting. Kami akan merespons dengan segera