Sabtu, 30 Juli 2016
Kamis, 28 Juli 2016
Informasi Kelembagaan
Sejarah
Pusat Teknologi Material (PTM)
Badan Pengkajian dan Perapan Teknologi
berdiri berdasarkan keputusan Presiden No.31 Tahun 1982 yang dibagi menjadi enam
kedeputian, dimana salah satu diantaranya adalah Deputi Pengembangan Teknologi
yang terdiri dari empat direktorat yaitu Lingkungan dan pemukiman hidup
proses industry, Konversi dan konservasi energy, elektronika dan informatika
dan direktorat sarana fasilitas dan Laboratorium.
Kemudian terjadi perubahan organisasi di
lingkungan BPP Teknologi, berdasarkan keputusan Presiden Nomer 47 Tahun 1991.
Di bawah kedeputian Pengembangan Teknologi terdapat perubahan direktorat
menjadi Direktorat Teknologi Energi, Direktorat Teknologi Elektronika dan
Informatika serta Direktorat Teknologi Manufakturing dan Sertifikasi.
Pada tahun 1998, Direktorat Teknologi
Manufakturing dan Sertifikasi berubah menjadi Pusat Pengkajian dan Penerapan
Teknologi material (P3TM). P3TM inilah yang menjadi cikal bakal Pusat Teknologi
Material (PTM) dan ditetapkan menjadi PTM sejak tahun 2006.
Sejarah Panjang Penelitian dan Pengembangan biokeramik hydroxy apatite dan produk turunannya

Mengenal Program Kegiatan biokeramik Hydroxy Apatite
Biokeramik
hidroksiapatit merupakan material pengganti tulang (bone substitute) yang banyak digunakan sebagai bahan pencangkok
tulang (bone graft) atau gigi. Hal
ini disebabkan struktur fisika-kimia materialnya yang menyerupai tulang. Namun
karena harganya yang mahal, harga per-5 cetimeter-cubic (5 cc) di Indonesia mencapai
Rp. 1,5 juta, penggunaan HA masih sangat terbatas sehingga seringkali
penanganan masalah kerusakan tulang tidak memenuhi standard medis yang
maksimal. Tingginya harga bahan ini disebabkan oleh statusnya yang masih impor
(harga di atas merujuk pada salah satu produk dari Korea). Belum ada industri
di Indonesia yang memproduksi produk ini. Padahal, seperti kita ketahui,
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah yang jika kita olah dengan
tepat akan meningkatkan kemandirian bangsa, yang wujud nyatanya berupa
harga-harga produk menjadi lebih murah karena mampu memproduksi sendiri. Begitu
pula halnya dengan biokeramik hidroksiapatit. Jika kita olah kekayaan alam kita
dengan tepat maka kita akan mampu memproduksinya sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)